Cerita DIAN RANA : Resmi dibuka di Kawasan Inti IKN, hotel Bintang 3 Pertama "Qubika Nusantara"



Tanggal 6 Juni 2025 jadi momen istimewa yang akan sulit kulupakan. Sore hari, setelah menyelesaikan dokumentasi Shalat Ied, aku mendapat undangan dari Hotel Qubika Nusantara untuk meliput soft launching mereka yang akan dihadiri langsung oleh Kepala Otorita IKN, Bapak Basuki dan jajarannya. Tanpa ragu, aku bergeser ke Qubika.

Sesampainya di sana, tak disangka aku bertemu Rektor Uniba. Obrolan kami singkat, tapi hangat. Ia bahkan memintaku untuk memesan makanan, “Nanti saya yang bayar, anggap traktiran,” katanya sambil tersenyum. Beliau harus segera kembali ke Balikpapan, tapi sapaan singkat itu jadi bukti bagaimana relasi-relasi kecil di lapangan bisa begitu berkesan.

Setelah makan siang, aku check-in di Qubika yang sudah disiapkan oleh tim mereka. Ini bukan kali pertamaku menginap di sini, tapi setiap kali datang selalu ada rasa yang berbeda. Dulu tempat ini hanyalah bukit hijau yang aku lewati dengan sepeda motor trail, kini telah berubah menjadi bangunan kontainer bertingkat yang nyaman dan modern.


Qubika Nusantara bukan hanya hotel—ia simbol inovasi. Dengan 206 kamar, 6 ruang pertemuan, ballroom luas, dan restoran berkapasitas besar, semua dibangun dengan konsep eco-friendly

Malam harinya, setelah rehat dan mengedit video, aku berjalan-jalan sebentar di area kolam renang Qubika. Kolamnya sudah bisa digunakan, lengkap dengan lampu-lampu hangat yang menciptakan suasana damai menjelang acara.

Acara soft launching pun dimulai. Aku disambut Mas Adit yang selama ini jadi penghubung utama, dan juga Pak Ferry, sang pemilik Qubika yang ramah dan rendah hati. Tak lama, suasana jadi riuh saat kehadiran Pak Basuki dilokasi acara.

Potong tumpeng berjalan penuh semangat. Semua tamu tampak antusias, tak sedikit yang mengabadikan momen bersama beliau. Tapi yang paling berkesan bagiku adalah saat Pak Bas berbicara penuh haru:

“Saya sangat bahagia dan terharu, karena kita tahu dari nol kita berjuang bersama-sama untuk berusaha mendukung IKN.”

 Sebagai warga biasa yang juga kreator kecil, kalimat itu menohok batin. Aku tahu benar betapa beratnya proses membangun IKN, apalagi dari sudut pandang mereka yang bekerja dari balik layar—termasuk tim Qubika. Itu sebabnya aku merasa tersanjung bisa ikut terlibat, walau hanya dalam peran dokumentasi. Ini bukan hanya liputan, ini adalah bentuk kepercayaan.

Acara ditutup dengan kemeriahan. Pak Bas bahkan bernyanyi dan mengajak semua berjoget. Sebuah malam yang penuh semangat, optimisme, dan rasa kebersamaan.

Sebagai kreator dan warga, aku tetap menyimpan satu pertanyaan: Bagaimana jika IKN ini tidak dilanjutkan? Keraguan itu selalu datang saat aku melangkah di tanah ini. Tapi melihat kegigihan kepala otorita yang bahkan sudah menetap di sini, aku seperti diberi jawaban: IKN bukan sekadar proyek. Ia adalah mimpi bersama yang sedang diwujudkan, pelan-pelan tapi pasti.

Hari ini bukan hanya tentang Shalat Ied atau peluncuran hotel. Ini tentang bagaimana kita membangun harapan, mencatat sejarah, dan percaya bahwa mimpi bangsa bisa kita wujudkan bersama. Sebagai Youtuber, tugasku bukan hanya merekam—tapi juga menyuarakan, menyampaikan, dan menjaga agar narasi besar ini tetap hidup.

“Karena sejarah itu bukan hanya milik mereka yang di panggung utama. Tapi juga milik kita yang merekamnya dari balik kamera.”



Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.